Nama
: Ahmad Khoirul Fatihin
Kelas
: PA/B VI
Persia adalah salah satu suku
yang tergolong dalam Bangsa Iran, menggunakan bahasa Persia
dan juga mempunyai persamaan dalam kebudayaan dengan bangsa Iran
yang lainnya. Bangsa ini mayoritas di Iran dan minoritas di
beberapa negara-negara lain seperti Afganistan,
Tajikistan,
Uzbekistan,
Amerika
Serikat, Kuwait,
Turki,
Uni Emirat
Arab, Irak
dan juga beberapa negara di Timur Tengah. Sejarah Persia Kuno
Iran
dan Persia adalah dua nama yang kerap digunakan untuk menunjukkan satu wilayah.
Sebenarnya, antara keduanya terdapat sedikit perbedaan. Salah satu rumpun
bangsa Arya, yaitu bangsa Media, mendiami wilayah Iran bagian barat. Sementara
rumpun bangsa lainnya, yaitu banga Persia, mendiami bagian selatan wilayah
tersebut. Baik bangsa Media maupun Persia, keduanya tunduk pada kekuasaan
bangsa Assyria. Namun, sejak 1000 SM,
bangsa Persia berhasil menaklukkan bangsa Media bahkan menaklukkan imperium
Assyria. Sejak saat itu, wilayah Iran dikenal dengan nama Persia.
Iran dan Persia
adalah dua nama yang kerap digunakan untuk menunjukkan satu wilayah.
Sebenarnya, antara keduanya terdapat sedikit perbedaan. Salah satu rumpun
bangsa Arya, yaitu bangsa Media, mendiami wilayah Iran bagian barat. Sementara
rumpun bangsa lainnya, yaitu banga Persia, mendiami bagian selatan wilayah tersebut.
Baik bangsa Media maupun Persia, keduanya tunduk pada kekuasaan bangsa
Assyria. Namun, sejak 1000 SM, bangsa
Persia berhasil menaklukkan bangsa Media bahkan menaklukkan imperium Assyria.
Sejak saat itu, wilayah Iran dikenal dengan nama Persia.[1]
Kekaisaran
Arkhemeniyah (Persia): Imperium ini didirikan oleh Cyrus atau Koresh yang Agung
pada tahun 550 SM. Kerajaan ini menjadi imperium pertama kala itu. Pada tahun
486 SM, Raja Darius I naik tahta, dan pada tahun 521 SM menguasai Iran. Pada
tahun 334 SM, Alexander Agung, Kaisar Macedonia, Yunani, merentangkan
kekuasaannya hingga mampu menaklukkan dan menguasai Imperium Persia. Alexander
bahkan memerintahkan pasukannya untuk membunuh ribuan tentara Persia, dan
membakar ibu kotanya: Parsepolis. Tindakan ini sengaja dia lakukan sebagai
balasan atas pembakaran kota Athena yang dulu dilakukan pasukan Persia.
Alexander sendiri mengikrarkan bahwa dia adalah pewaris tahta raja-raja
Arkhemeniyah. Alexander pun mengikuti cara hidup, tradisi, dan budaya Persia,
bahkan berusaha menciptakan kebudayaan baru yang memadukan kebudayaan Persia
dan Yunani (helenistik). Selain menaklukkan Persia dan menyemaikan Helenistik,
Alexander juga menyungguhkan model pemerintahan baru ala Persia kepada
Barat-Yunani, khususnya yang berkaitan dengan tata negara dan undang-undang,
yang pada gilirannya menjadi asas model tata Imperium Romawi di kemudian hari.
Koresy
memimpin pasukan penunggang kuda dan pemanah ulung. Mengambil keuntungan dari
kelemahan para tetangga, ia menaklukkan sebuah kerajaan yang wilayahnya
terentang dari Laut Mediterania hingga ke Afganistan. Anaknya Cambyses,
menyerang Mesir. Bangsa Persia mendapat dukungan dari warga taklukan berkat
pemerintahan yang adil. Darius I[2]
memperluas wilayah hingga ke India dan Yunani. Ia mengatur ulang kerajaan dan
menunjuk para satrap (gubernur) di setiap provinsi. Ia memungut pajak dari
setiap provinsi berupa padi-padian, perak dan hasil pertanian.
Darius
membangun banyak jalan dan kota dagang untuk menjangkau seluruh bagian dari
kerajaan yang luas. Ia memajukan perdagangan dengan memperkenalkan mata uang
standar. Bangsa Persia menguasai ujung barat Jalur Sutera dari Cina, dan
seluruh lalu lintas perdagangan dari India ke Laut Mediterania. Kerajaan
kosmopolitan yang makmur ini menjalin hubungan dengan sebagian besar peradaban
kuno pada masa itu. Namun, kerajaan ini sangat bergantung pada kemampuan
pemimpinnya. Akhirnya, bangsa Yunani meruntuhkan kerajaan Persia dan merebut
wilayah kekuasaan Persia.
Di sisi akidah, pada zaman
dahulu mereka menyembah Allah dan sujud kepad-Nya. Kemudian mereka menjadikan
permisalan matahari, bulan, bintang dan galaksi-galaksi di langit sebagai
sesembahan, seperti juga selain mereka dari generasi-generasi awal.
Agama asli orang-orang persia
adalah suatu kultus yang sederhana sekali, yang berhubungan dengan kehidupan
penggembalaan pertanian. Akan tetapi kemudian seorang persia yang bernama
Zarathustra mengembangkan suatu agama baru yang disebut Zoroastrianisme.
Zoroastrianisme merupakan kepercayaan yang menyembah kepada Ahura Mazda atau
"Tuhan yang bijaksana". Di dalam ajaran Zoroastrianisme, hanya ada
satu Tuhan
yang universal dan Maha Kuasa, yaitu Ahura Mazda.
Ia dianggap sebagai Sang Maha Pencipta, segala puja dan sembah ditujukan hanya
kepadanya. Pengakuan ini adalah bentuk penegasan bahwa hanya Ahura Mazda
yang harus disembah.
Dewa-dewa yang turut diakui
keberadaanya ada lima yaitu :
2.
Vohu Manah, dewa yang digambarkan sebagai sapi jantan ini dikenal sebagai dewa
hati nurani yang baik.
3.
Keshatra Vairya, yaitu dewa yang berkuasa atas segala logam.
Kitab Suci
Kitab suci agama zoroaster
dikenal dengan nama Avesta. Avesta berasal dari akar kata avistak, bermakna
Bacaan.[3]
Ada tiga bagian di dalam kitab ini[4]:
1. Gathas, Nyanyian” atau “ode” atau yang secara umum dan tepat
dinisbahkan pada Zoroaster sendiri
2. Yashts atau himne korban yang ditujukan kepada berbagai macam
dewa
3. Vendidat atau Videvdat, “aturan melawan syetan”, berupa sebuah
risalah yang terutama menyangkut ketidakmurnian ibadah dan prinsip dualisme
yang diperkenalkan oleh Zoroaster dan diuraikan sangat panjang dalam bidang
kehidupan praktis.
Praktek Keagamaan
Zoroaster menganjurkan pengikutnya
untuk senantiasa menyalakan api suci di tungku-tungku api yang terdapat di
setiap kuil peribadatan. Api tersebut harus selalu menyala dan memancarkan
cahaya. Tungku api itu dijaga dan diurus oleh Magi. rohaniawan muda, juga
oleh para pendeta kuil. Setiap hari, mereka selalu memasukkan kayu cendana ke
dalam tungku api sebanyak lima kali, atau kayu lain yang mengeluarkan aroma
wewangian khas, juga menaburkan serbuk-serbuk dan cairan wewangian sehingga
udara di dalam kuil selalu terasa segar dan harum semerbak. Mereka juga
merapalkan doa dan melaksanakan ritual keagamaan disekitar api tersebut
Konsep
Mengenai Etika Hidup
Dalam pandangannya mengenai etika hidup yang ideal, ada tiga hal utama yang
ditekankan dalam Zoroastrianisme yaitu pikiran yang baik, perkataan yang baik
dan perbuatan yang baik. Zoroastrianisme memberikan kebebasan bagi setiap
penganutnya untuk memilih hidup yang baik atau jahat bagi dirinya
sendiri. Menurut mereka dunia yang akan datang akan mengalami
pembaruan. Pembaruan dunia ini tidak dapat dapat dikerjakan oleh satu
orang saja tetapi membutuhkan keterlibatan banyak orang.
Konsep Kematian
Agama
Zoroaster meyakini bahwa tubuh manusia adalah tidak suci sehingga menurut
mereka jasad manusia tidak boleh mengotori bumi dan api, atas dasar alasan
tersebut jasad manusia tidak boleh di kubur atau di kremasi. Oleh sebab itu
orang yang telah meninggal jenazahnya akan di bawa ke kuil Towers of Silence
agar di makan oleh burung pemakan bangkai, burung Nasar. Setelah daging dimakan
habis oleh burung Nasar dan tinggal tersisa tulang belulang, maka tulang-tulang
tersebut akan di buang ke tengah bangunan.
Konsep Kehidupan Setelah Mati (Eskatologi)
Para
pengikut Zoroaster percaya bahwa ada suatu peperangan sorgawi yang berlangsung
diantara dua kekuatan itu dan akhirnya (yakni pada akhir zaman) Ormadz-lah yang
akan menang. Menurut mereka Zorostrianisme mengajar manusia untuk melayani dewa
kebaikan dan mematuhi suatu hukum tertinggi mengenai tingkah laku yang
mengungkapkan suatu moralitas yang lemah lembut. Para pengikut ini yakin bahwa
kematian bukanlah akhir dari segala sesuatu, melainkan akan ada suatu kehidupan
baru bagi orang-orang yang benar ketika Ormadz menang
[1] Sami bin Abdullah
al-Maghlouth. Atlas Agama-Agama.
Jakarta : 2010. Almahira. Hlm 465.
[2] Darius I (548-486 SM) merupakan seorang penakluk hebat yang memperluas
kerajaan ke arah barat dan timur dan menata ulang wilayah menjadi 20 provinsi.
Ia membangun jalan yang baik serta ibukota kerajaan baru di Persepolis. Dari
Lydia di Anatolia, ia mendatangkan uang emas dan perak ke Persia. Darius
menyebut dirinya Shahanshah, raja
diraja.
[3] Joesoef Soi’yb. Agama-Agama
Besar Di Dunia. Jakarta: 1996. PT. Al Husna Zikra. Hlm. 223.
[4] H. A. Mukti Ali.. Agama-Agama Di
Dunia. Yogyakarta: 1988. IAIN Sunan Kalijaga Press. Hlm. 270-271.
1 Comment:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
Go 경상북도 출장샵 to the gambling page of your internet browser and download 원주 출장샵 Gambling USA 동해 출장안마 (GNOG). Step 2: Visit Gambling USA 김포 출장마사지 and 김천 출장안마 navigate to Gambling