makalah Agama Persia Kuno


AGAMA PERSIA KUNO

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mingguan Pada Mata Kuliah
Agama-Agama Minor
Dosen Pembimbing: Hj. Siti Nadroh, M.Ag



Oleh:
Muharom Syahrul Akbar (1110032100068)
Armanda Saputra (1110032100027)


PRODI PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013


KATA PENGANTAR

       Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat  Allah SWT. Karena berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul  Agama Persia Kuno”.
       Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas diskusi mingguan pada mata kuliah Agama-Agama Minor. Dalam penyusunan makalah ini penyaji berusaha untuk memaparkan dan menjelaskan tentang Sejarah Persia Kuno, Peradaban Persia Kuno, Agama Persia Kuno, Hubungan antara Persia dan bangsa Yahudi, hingga masuknya Islam ke Persia dan membuat peradaban yang sangayt besar, sampai Iran di masa kini dan semua aspek yang satu lingkup dengan itu.
       Kami menyadari, tidak ada manusia yang sempurna sehingga bila terdapat kesalahan penulisan dalam makalah ini dimohon kritik dan saran, agar dapat membangun penulis di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah Ilmu dan Pengetahuan tentang materi yang disajikan dalam makalah ini.






Ciputat, 23 Maret 2013


           Penulis

BAB I
 PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Iran dahulu dikenal dengan nama Persia. Penduduknya terdiri atas dua kelompok, Bangsa Media dan Bangsa Persia, yang berpindah ke Persia dari Asia Tengah lebih dari 2800 tahun lalu.[1] Di sinilah terbentuk sebuah kerajaan besar, yaitu kerajaan Persia, yang mempunyai wilyah kekuasaan yang besar dan penduduk yang banyak serta mempunyai peradaban yang sangat maju.

Di daerah kekuasaannya itu muncul suatu agama baru yang tumbuh dalam suatu kultus yang sangat sederhana sekali pada masa itu, yaitu Agama Zoroaster. Agama ini muncul dari seorang yang bernama Zarathustra. Agama ini mengajarkan banyak hal tentang kehidupan di dunia. Agama ini menyembah api sebagai suatu simbol kesucian dalam peribadatannya.
Ketika Persia menguasai daerah-daerah yang luas, awalnya mengusir bangsa Yahudi dari palestina, tapi semenjak Koresy memerintah, bangsa Yahudi boleh kembali ke daerah daratan tempat mereka tinggal sebelumnya.

Hingga pada abad ke-7 Islam datang ke Persia. Terjadi peradaban yang sangat besar sekali pada masa itu dan masa puncak kejayaan pada masa Dinasti Safawi abad ke-16. Islam Syiah sangat berpengaruh dalam kekuasaan ini.
Dalam peradabannya yang sangat maju, pemakalah ingin memaparkan semua tentang ruang lingkup Agama Persia sesuai dengan tujuan pada makalah ini yang akan dibahas.

1.2 Tujuan

·         Bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai pengertian dasar memaparkan dan menjelaskan tentang apa itu Agama Persia Kuno, sejarah dan peradabannya, siapa yang membawanya, dan apa saja semua ritual penyembahannya, sampai eskatologi dalam agama tersebut, agama apa saja yang berhubungan dengan Persia, sampai kedatangan Islam, hingga Iran di masa kini.
·         Sebagai acuan pembaca agar dapat mengetahui lebih banyak mengenai hal tentang Agama Persia Kuno, Sejarah dan Peradaban di daerah Persia (Iran) hingga kini.
·         Sebagai pemenuhan tugas  makalah yang dibutuhkan sebagai syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Agama-Agama Minor.

1.3 Metode

Metode yang di gunakan penulis dalam mengumpulkan data penulisan makalah ini adalah metode studi pustaka dari buku referensi buku yang terkait dan data dari internet sebagai tambahannya.

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab. Bab yang pertama yaitu pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, metode, dan sistematika penulisan. Sedangkan bab kedua yaitu pembahasan yang terdiri dari sejarah Persia Kuno, peradaban Persia Kuno, agama Persia Kuno, praktek keagamaannya, konsep manusianya, dan eskatologinya. Bab yang terakhir yaitu bab penutup yang berisi kesimpulan dari isi makalah ini.

BAB II
ISI
2.1 Sejarah Persia Kuno
Iran dan Persia adalah dua nama yang kerap digunakan untuk menunjukkan satu wilayah. Sebenarnya, antara keduanya terdapat sedikit perbedaan. Salah satu rumpun bangsa Arya[2], yaitu bangsa Media, mendiami wilayah Iran bagian barat. Sementara rumpun bangsa lainnya, yaitu banga Persia, mendiami bagian selatan wilayah tersebut. Baik bangsa Media maupun Persia, keduanya tunduk pada kekuasaan bangsa Assyria.  Namun, sejak 1000 SM, bangsa Persia berhasil menaklukkan bangsa Media bahkan menaklukkan imperium Assyria. Sejak saat itu, wilayah Iran dikenal dengan nama Persia.[3]

Kekaisaran Arkhemeniyah (Persia): Imperium ini didirikan oleh Cyrus atau Koresh yang Agung pada tahun 550 SM. Kerajaan ini menjadi imperium pertama kala itu. Pada tahun 486 SM, Raja Darius I naik tahta, dan pada tahun 521 SM menguasai Iran. Pada tahun 334 SM, Alexander Agung, Kaisar Macedonia, Yunani, merentangkan kekuasaannya hingga mampu menaklukkan dan menguasai Imperium Persia. Alexander bahkan memerintahkan pasukannya untuk membunuh ribuan tentara Persia, dan membakar ibu kotanya: Parsepolis. Tindakan ini sengaja dia lakukan sebagai balasan atas pembakaran kota Athena yang dulu dilakukan pasukan Persia. Alexander sendiri mengikrarkan bahwa dia adalah pewaris tahta raja-raja Arkhemeniyah. Alexander pun mengikuti cara hidup, tradisi, dan budaya Persia, bahkan berusaha menciptakan kebudayaan baru yang memadukan kebudayaan Persia dan Yunani (helenistik). Selain menaklukkan Persia dan menyemaikan Helenistik, Alexander juga menyungguhkan model pemerintahan baru ala Persia kepada Barat-Yunani, khususnya yang berkaitan dengan tata negara dan undang-undang, yang pada gilirannya menjadi asas model tata Imperium Romawi di kemudian hari.

Setelah sesaat kematian Alexander pada tahun 323 SM, terjadilah perpecahan diantara para panglima militernya. Mereka pun mulai membagi wilayah kekuasaan yang telah ditaklukkan Alexander. Wilayah Persia sendiri pada akhirnya menjadi milik panglima Seleukus, salah seorang Jenderal Alexander. Sejak masa tersebut, Persia memasuki era pemerintahan Kekaisaran Seleukus yang berlangsung hingga tahun 141 SM. Dibawah kekaisaran Seleukus, Persia mengalami babak sejarah yang cemerlang. Kekaisaran ini berhasil menggabungkan Asia Kecil, Syam, Irak, dan Iran menjadi satu kesatuan wilayah. Ibukota baru pun didirikan sebagai pusat pemerintahannya, yaitu Seleukia di tigris, Irak. Dinasti ini juga mempunyai ibu kota kedua di wilayah bagian barat, yaitu Antakya yang terletak di lembah Sungai al-Ashi.[4]

Setelah itu, muncul kekaisaran Parthia yang menguasai Persia pada tahun 247 SM- 224 M. Dalam lembar sejarah Iran kuno, kekaisaran Parthia disebut juga Dinasti Arsacia. Nama Arsacia dinisbahkan kepada raja pertamanya, yaitu  Arsacia I. Dinasti ini berasal dari klan Saka yang mendiami wilayah timur laut Iran. Dinasti ini telah berhasil menaklukkan kekaisaran Seleukus demi merentangkan pengaruh dan kekuasannya hingga ke seluruh wilyah Persia. Nama Arsacia kemudian dipakai sebagai gelar untuk seluruh kekaisaran Parthia, seperti gelar pada raja-raja Romawi. Kekaisaran Parthia (Arsacia) banyak terlibat serangkaian perang dengan pihak Imperium Romawi. Mereka bahkan pernah meraih kemenangan gemilang atas Romawi pada tahun 54 SM. Kemenangan ini menjadi Imperium Persia (masa kekaisaran Parthia) menjadi satu-satunya kekuatan terbesar dunia saat itu. Sekalipun rentang masa pemerintahan kekaisaran ini mencapai lima abad lebih, namun tidak meninggalkan banyak jejak peradaban bagaimana Kekaisaran Persia lainnya. Kekaisaran Parthia hanya meninggalkan jejak seni yang sederhana.

Kekaisaran Sasanid: didirikan oleh Ardhashir I yang berkuasa pada tahun 224 M. Dinasti ini dipercayai sebagai pembangun dan penghidup kembali peradaban Persia dan Zoroaster, sekaligus berupaya membangun kembali tradisi Persia peninggalan Dinasti Arkhemeniyah. Dinasti ini justru membuka kontak dagang dengan pihak musuh utama mereka, yaitu Romawi (Byzantium), juga dengan pihak Cina. Penggalian arkeologis di Cina menemukan adanya koin-koin (mata uang) perak dan emas Sasanid yang digunakan selama beberapa abad lainnya.
TAHUN-TAHUN PENTING

± 850-750 SM
Bangsa Media dan Persia pindah ke Iran
± 600 SM
Zoroaster memperbaharui agama kuno Persia
559-525 SM
Koresy Agung membangun kerajaan Persia
521-486 SM
Darius memperluas kerajaan ke puncak kejayaan
480 SM
Bangsa Yunani menghentikanekspansi Persia di Salamis
331 SM
Persia jatuh ke tangan Alexander Agung (Iskandar Agung)

Ardhashir memiliki posisi yang tinggi dalam sejarah orang-orang Iran. Dia dipandang sejarah orang-orang Iran. Dia dipandang sebagai sosok yang berhasil menyatukan bangsa Iran, orang yang menghidupkan kembali ajaran Zoroaster, sekaligus sebagai pendiri Imperium Pahlavi. Ardhashir wafat pada tahun 240 M dan digantikan oleh putranya, Shapur yang kembali memerangi Imperium byzantium, dan berhasil menaklukkan kaisar Romawi, Valerian pada tahun 260 M. Beberapa waktu kemudian, Shapur mendirikan akademi Gundishapur di Gundeshapur. Dia pun kembali membangun tata kerajaan dan Imperium Persia, seperti membangun banyak kota-kota utama, salah satunya adalah Nishapur. Pada periode berikutnya, muncul Raja Anusherwan (531-579 M) yang dikenal sangat adil dan bijak dalam memerintah. Pada awal pemerintahannya, dia telah mampu menghilangkan fitnah pengikut Mazdak dan memulihkan stabilitas situasi di Iran. Kemudian, tahta Kekaisaran Sasanid bergantian pada masa 629-632 M. Pada tahun 642 M, pasukan muslim berhasil mengalahkan bangsa Persia pada dua pertempuran: Perang Qadisiyah dan Perang Nahawan pada masa Khalifah Umar bin Khatab. Setelah itu, kaum muslim tersebar di negara Persia hingga pemerintahan Dinasti Sasanid berakhir.[6]

2.2  Peradaban Persia

Koresy memimpin pasukan penunggang kuda dan pemanah ulung. Mengambil keuntungan dari kelemahan para tetangga, ia menaklukkan sebuah kerajaan yang wilayahnya terentang dari Laut Mediterania hingga ke Afganistan. Anaknya Cambyses, menyerang Mesir. Bangsa Persia mendapat dukungan dari warga taklukan berkat pemerintahan yang adil. Darius I[8] memperluas wilayah hingga ke India dan Yunani. Ia mengatur ulang kerajaan dan menunjuk para satrap (gubernur) di setiap provinsi. Ia memungut pajak dari setiap provinsi berupa padi-padian, perak dan hasil pertanian.[9]

Darius membangun banyak jalan dan kota dagang untuk menjangkau seluruh bagian dari kerajaan yang luas. Ia memajukan perdagangan dengan memperkenalkan mata uang standar. Bangsa Persia menguasai ujung barat Jalur Sutera dari Cina, dan seluruh lalu lintas perdagangan dari India ke Laut Mediterania. Kerajaan kosmopolitan yang makmur ini menjalin hubungan dengan sebagian besar peradaban kuno pada masa itu. Namun, kerajaan ini sangat bergantung pada kemampuan pemimpinnya. Akhirnya, bangsa Yunani meruntuhkan kerajaan Persia dan merebut wilayah kekuasaan Persia.
 
2.3  Agama Persia Kuno

Di sisi akidah, pada zaman dahulu mereka menyembah Allah dan sujud kepad-Nya. Kemudian mereka menjadikan permisalan matahari, bulan, bintang dan galaksi-galaksi di langit sebagai sesembahan, seperti juga selain mereka dari generasi-generasi awal.[14]

Agama asli orang-orang persia adalah suatu kultus yang sederhana sekali, yang berhubungan dengan kehidupan penggembalaan pertanian. Akan tetapi kemudian seorang persia yang bernama Zarathustra mengembangkan suatu agama baru yang disebut Zoroastrianisme.[15] Zoroastrianisme merupakan kepercayaan yang menyembah kepada Ahura Mazda atau "Tuhan yang bijaksana". Di dalam ajaran Zoroastrianisme, hanya ada satu Tuhan yang universal dan Maha Kuasa, yaitu Ahura Mazda. Ia dianggap sebagai Sang Maha Pencipta, segala puja dan sembah ditujukan hanya kepadanya. Pengakuan ini adalah bentuk penegasan bahwa hanya Ahura Mazda yang harus disembah.

Zarathustra menunjukkan pemikirannya tentang perbaikan tujuan arah negara yang beragama. Dia mengatakan, “Sesungguhnya cahaya Allah menjelma dalam setiap sesuatu yang berkilau dan menyala di alam dunia. Dia memerintahkan menghadap matahari dan api waktu beribadah, karena cahaya merupakan perlambang Tuhan. Ia mengajarkan untuk tidak mengotori empat unsur, yaitu: api, udara, debu dan air. Kemudian setelah itu datanglah para pendeta yang mengajak pengikut Zarathustra untuk mengikutui syariat yang bermacam-macam. Mereka mengharamkan menggunakan sesuatu yang ada hubungannya dengan api, mencukupkan diri dengan segala perbuatan mereka hanya dengan pertanian dan perdagangan. Dari ritual penyembahan api ini, kemudian dijadikanlah api sebagai kiblat ritual ibadah dari berbagai tingkat golongan untuk menyembahnya. Selanjutnya, mereka menjadi para penyembah api dengan makna sebenarnya. Mereka membangun biara dan klenteng-klenteng, menentang setiap keyakinan dan agama selain menyembah api.[16]

Menurut penganut Zoroaster, dzat Ahura Mazda adalah esensi murni yang suci dari segala bentuk materi, yang tidak dapat dilihat oleh pandangan mata dan tidak dapat ditangkap kedzatannya oleh akal manusia. Banyak dari manusia yang tidak mampu mengimani dzat dengan sifat seperti ini. Sehingga Zoroastrianisme membuat rumusan tentang hakikat ketuhanan Ahura Mazda dengan rumus[18]:

a)      Rumus pertama bersifat transenden[19] (samawi) yang disimbolkan dengan matahari
b)      Rumus kedua bersifat imanen (ardhi) yang disimbolkan dengan api.
Keduanya adalah unsur yang memancarkan cahaya, menerangi semesta, suci, serta tidak dapat terkontaminasi oleh hal-hal yang buruk dan segala bentuk kerusakan. Kepada cahayalah kehidupan semesta raya ini bergantung. Sifat inilah yang paling mendekati untuk digambarkan oleh akal manusia akan sifat Maha Pencipta.

Zoroastrianisme adalah suatu agama yang bersifat “keduaan” atau dualistis[20]. Disebutkan bersifat keduaan karena para penganutnya percaya bahwa ada dua kekuatan yang saling berperang terus menerus, yakni kekuatan yang baik dan kekuatan yang jahat.
Kekuatan yang baik diwakili oleh Ormadz, sang dewa tertinggi, bersama dengan para pembantunya yang adalah para malaikat. Sedangkan kekuatan yang jahat diwakili oleh Ahriman, si dewa kejahatan, bersama dengan kumpulan setan-setan yang membantunya.[21]
Meskipun ajaran Zarathustra mengajarkan monoteisme dengan Ahura Mazda sebagai satu-satunya dewa yang harus disembah namun keberadaan dewa-dewa lain pun tetap diakui. Dewa-dewa yang turut diakui keberadaanya ada lima yaitu[22]:

1.    Asha Vahista, dewa tata tertib dan kebenaran yang berkuasa atas api.
2.    Vohu Manah, dewa yang digambarkan sebagai sapi jantan ini dikenal sebagai dewa hati nurani yang baik.
3.    Keshatra Vairya, yaitu dewa yang berkuasa atas segala logam.
4.    Spenta Armaity, yaitu dewa yang berkuasa atas bumi dan tanah.
5.    Haurvatat dan Amertat, yaitu dewa-dewa yang berkuasa atas air dan tumbuh-tumbuhan.

2.4  Kitab Suci

Kitab suci agama zoroaster dikenal dengan nama Avesta. Avesta berasal dari akar kata avistak, bermakna Bacaan.[23] Ada tiga bagian di dalam kitab ini[24]:

1.      Gathas, Nyanyian” atau “ode” atau yang secara umum dan tepat dinisbahkan pada Zoroaster sendiri
2.      Yashts atau himne korban yang ditujukan kepada berbagai macam dewa
3.      Vendidat atau Videvdat, “aturan melawan syetan”, berupa sebuah risalah yang terutama menyangkut ketidakmurnian ibadah dan prinsip dualisme yang diperkenalkan oleh Zoroaster dan diuraikan sangat panjang dalam bidang kehidupan praktis.

2.5  Praktek Keagamaan

Zoroaster menganjurkan pengikutnya untuk senantiasa menyalakan api suci di tungku-tungku api yang terdapat di setiap kuil peribadatan. Api tersebut harus selalu menyala dan memancarkan cahaya. Tungku api itu dijaga dan diurus oleh Magi[25], rohaniawan muda, juga oleh para pendeta kuil. Setiap hari, mereka selalu memasukkan kayu cendana ke dalam tungku api sebanyak lima kali, atau kayu lain yang mengeluarkan aroma wewangian khas, juga menaburkan serbuk-serbuk dan cairan wewangian sehingga udara di dalam kuil selalu terasa segar dan harum semerbak. Mereka juga merapalkan doa dan melaksanakan ritual keagamaan disekitar api tersebut.[26]

Dalam tradisi Zoroastrianisme, ketika akan mendirikan sebuah kuil api baru, mereka diharuskan menyalakan api terlebih dahulu pada sembilan buah lilin atau obor. Nyala api di obor pertama kemudian disalurkan untuk nyala api obor kedua, dan seterusnya hingga pada obor yang ke sembilan. Pengikut Zoroaster meyakini, api yang menyala pada obor terakhir itulah yang telah sampai pada derajat kesucian api. Dan dari api kesembilan itu mereka menyalakan api pada tungku kuil baru tersebut.

2.6  Konsep Mengenai Etika Hidup

Dalam pandangannya mengenai etika hidup yang ideal, ada tiga hal utama yang ditekankan dalam Zoroastrianisme yaitu pikiran yang baik, perkataan yang baik dan perbuatan yang baik. Zoroastrianisme memberikan kebebasan bagi setiap penganutnya untuk memilih hidup yang baik atau jahat bagi dirinya sendiri. Menurut mereka dunia yang akan datang akan mengalami pembaruan. Pembaruan dunia ini tidak dapat dapat dikerjakan oleh satu orang saja tetapi membutuhkan keterlibatan banyak orang. Oleh karena itu, Zoroastrianisme sangat menekankan tanggung jawab moral dari masing-masing orang untuk melakukan kebaikan. Dosa bagi penganut Zoroastrianisme adalah penolakan untuk bersekutu dengan aspek kebaikan dari Ahura Mazda. Mereka meyakini bahwa tidak ada yang ditakdirkan atau dikodratkan sebelumnya. Apa yang dilakukan, dikatakan dan dipikirkan selama hidup akan menentukan apa yang akan terjadi setelah meninggal. Mereka pun menolak konsep pertapaan karena mereka memahami bahwa dunia itu baik. Tidak ada ruang untuk penyangkalan diri dan bertapa karena menolak dunia berarti menolak ciptaan dan menolak ciptaan berarti menolak Sang Pencipta.[30]

2.7  Konsep Kematian

Agama Zoroaster meyakini bahwa tubuh manusia adalah tidak suci sehingga menurut mereka jasad manusia tidak boleh mengotori bumi dan api, atas dasar alasan tersebut jasad manusia tidak boleh di kubur atau di kremasi. Oleh sebab itu orang yang telah meninggal jenazahnya akan di bawa ke kuil Towers of Silence agar di makan oleh burung pemakan bangkai, burung Nasar. Setelah daging dimakan habis oleh burung Nasar dan tinggal tersisa tulang belulang, maka tulang-tulang tersebut akan di buang ke tengah bangunan.[31]

2.8  Konsep Kehidupan Setelah Mati (Eskatologi)

Para pengikut Zoroaster percaya bahwa ada suatu peperangan sorgawi yang berlangsung diantara dua kekuatan itu dan akhirnya (yakni pada akhir zaman) Ormadz-lah yang akan menang. Menurut mereka Zorostrianisme mengajar manusia untuk melayani dewa kebaikan dan mematuhi suatu hukum tertinggi mengenai tingkah laku yang mengungkapkan suatu moralitas yang lemah lembut. Para pengikut ini yakin bahwa kematian bukanlah akhir dari segala sesuatu, melainkan akan ada suatu kehidupan baru bagi orang-orang yang benar ketika Ormadz menang.[33]
 Manusia diberikan kebebasan untuk memilih. Siapa yang memilih kebaikan dan kebenaran, maka dia akan menuai hasilnya di kehidupan akhirat yang abadi kelak. Adapun orang yang membela kejahatan dan kedustaan, dia pun akan mendapatkan siksa di neraka yang abadi.

3.1 Persia Terhadap Yahudi

Orang Persia memerintah Palestina selama abad terakhir dari sejarah Perjanjian Lama. Alkitab membicarakan kurun waktu ini dalam kisah-kisah Ester, Daniel, Ezra, Nehemia, dan dalam dua ayat pada akhir kitab II Tawarikh. Bagi orang Yahudi ini merupakan periode pemugaran dan pembangunan kembali. Bagi orang Persia ini merupakan periode pengembangan kerajaan.
Orang Yahudi telah dibuang ke Babilonia selama hampir 60 tahun ketika orang Persia menaklukkan negeri itu pada tahun 539 sM. Dua tahun kemudian Koresy II, raja Persia, mengizinkan para buangan ini kembali ke tanah air mereka. Lalu ia maju terus untuk menaklukkan Mesir, suatu prestasi yang tercapai oleh putranya pada tahun 526 sM.

Dengan gembira orang Yahudi menanggapi tawaran Koresy. Pada tahun dekrit itu diumumkan (538 sM), banyak orang Yahudi bersiap-siap untuk pulang. Kita harus ingat bahwa keputusan mereka untuk pulang bukanlah keputusan yang mudah. Orang-orang Yahudi yang telah mematuhi nasihat Yeremia (Yer. 29:5, dst.) telah menjadi mapan di Babel. Mereka sudah membeli rumah, menanam kebun, dan mendirikan usaha perdagangan dalam pembuangan. Lempeng-lempeng perdagangan Babel menyatakan nama orang-orang Yahudi, yang menunjukkan bahwa orang Yahudi mempunyai kedudukan yang baik di Babel pada zaman itu. "Kaum Zionis" zaman purba ini harus meninggalkan segala sesuatu yang telah mereka bangun dalam pembuangan untuk kembali ke tanah air yang miskin. Orang-orang yang memulai perjalanan panjang yang berbahaya dari Babel ke Palestina membutuhkan kepercayaan kepada Allah, jiwa perintis, dan kehendak yang kuat untuk membangun kembali negeri mereka.[34]

Segera sesudah orang Yahudi tiba di Yerusalem, Sesbazar memberi instruksi kepada rakyatnya untuk mengikuti perintah Koresy untuk membangun kembali bait suci. Zerubabel dari keluarga Daud dan Yosua imam besar memimpin rakyat dalam mengucap syukur dan meletakkan dasar bait suci. Para imam dan orang Lewi memimpin mereka dalam puji-pujian. "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya kepada Israel!" (Ezr. 3:11). Hanya orang-orang yang telah melihat kemegahan bait Salomo dapat membandingkannya dengan bangunan sederhana yang sedang dibangun di hadapan mata mereka. Mereka yang mengingatnya menangis, sedangkan orang-orang Yahudi yang lebih muda bersorak-sorai karena sukacita ketika menyaksikan permulaan yang baru ini. Mereka mengetahui bahwa hal ini menggenapi janji-janji Allah kepada para nabi yang didasarkan pada perjanjian-Nya dengan Abraham (Ezr. 3:12-13).

4.1 Islam di Persia

Islam masuk ke Persia sudah sejak pada masa dinasti Bani Umayyah. Hal tersebut ditandai dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia Aghanistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek dan Kirgis di Asia Tengah.[35]
Setelah itu, di Persia muncul sebuah kerajaan besar ketika masa puncak kejayaan Kerajaan Usmani, yaitu Kerajaan Safawi. Kerajaan ini berkembang dengan cepat. Dalam perkembangannya, kerajaan Safawi sering bentrok dengan Turki Usmani. Kerajaan Safawi menyatakan Syi’ah sebagai mahzab negara. Karena itu, kerajaan ini dapat dianggap sebagai peletak pertama dasar terbentuknya negara Iran dewasa ini.

Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama Tarekat Safawiyah, didirikan pada waktu yang hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan Usmani. Nama Safawiyah, diambil dari nama pendirinya, Safi al-Din[36] (1252-1334 M), dan nama Safawi itu terus dipertahankan sampai Tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan nama itu terus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan.

SILSILAH RAJA-RAJA KERAJAAN SAFAWI
Safi al-Din (1252-1334 M)
Sadar al-Din Musa (1334-1399 M)
Khawaja Ali (1399-1427 M)
Ibrahim (1427-1447 M)
Juneid (1447-1460 M)
Haidar (1460-1494 M)
Ali (1494-1501 M)
Ismail (1501-1524 M)
Tahmasp I (1524-1576 M)
Ismail II (1576-1577 M)
Muhammad Khudabanda (1577-1787 M)
Abbas I (1588-1628 M)
Safi Mirza (1628-1642 M)
Abbas II (1642-1667 M)
Sulaiman (1667-1694 M)
Husein (1694-1722 M)
Tahmasp II (1722-1732 M)
Abbas III (1732-1736 M)

Safi al-Din mnendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan guru dan sekaligus mertuanya yang wafat tahun 1301 M. Pengikut tarekat ini sangat teguh dan memegang ajaran agama. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah bertujuan memerangi orang-orang ingkar, kemudian memerangi golongan yang mereka sebut “ahli-ahli bidah”. Tarekat yang dipimpin Safi al-Din ini semakin penting terutama setelah ia mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syria, dan Anatolia. Di negeri-negeri di luar Ardabil Safi al-Din menempatkan seorang wakil yang memimpin murid-muridnya. Wakil itu diberi gelar “khalifah”.

Suatu ajaran agama yang dipegang secara fanatik biasanya kerap kali menimbulkan keinginan di kalangan penganut ajaran itu untuk berkuasa. Karena itu, lama-kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah berubah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan dan menentang setiap orang yang bermahzab selain Syi’ah.

Kecendrungan memasuki dunia politik itu mendapat wujud kongkritnya pada masa kepemimpinan Juneid (1447-1460 M). Dinasti safawi memperluas geraknya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik antara Juneid dengan penguasa Kara Konyulu (domba hitam), salah satu suku bangsa Turki yang berkuasa di wilayah itu. Dalam konflik tersebut Juneid kalah dan diasingkan ke suatu tempat. Di tempat baru ini ia mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Bakr, Ak-Konyulu (domba putih), juga satu suku bangsa Turki. Ia tinggal di istana Uzun Hasan yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia.[37]

Dinasti Safavid mencapai puncak kejayaan di bawah Shah Abbas Agung (1571-1629) yang memerintah sejak 1588. Sebagai pemimpin militer yang cakap, ia berdamai dengan orang Ottoman dan menghalau orang Turki Uzbek dari timur Iran. Ia memindahkan ibukota ke Isfahan dan menjadikannya salah satu kota terindah di dunia dengan sebuah istana dan masjid yang megah. Bazar (pasar) tertutup mengelilingi lapangan utama, sementara pohon dang sungai kecil mengapit lapangan pasar itu. Terdapat juga sebuah jalan utama dengan taman di kedua sisinya. Abbas menghidupkan kembali kebudayaan Persia, memnagun hubungan yang bersahabat dengan bangsa eropa, dang menyambut baik para pengunjung asing.[38]

Pemerintahan dinasti kuat ini berlangsung selama 200 tahun. Safavid[39] Persia terus ditekan oleh orang Ottoman dari barat dan suku-suku Turki dari timur, hingga pemerintahan Abbas I berhasil membuat perdamaian dan menciptakan pembaharuan kebudayaan di Persia. Setelah kematiannya pada tahun 1628, sejumlah penguasa yang lemah menggantikan Abbas I. Akhirnya, dinasti Safavid disingkirkan oleh para penyerbu Afgan pada tahun 1722.

4.2  Sumbangan Islam di Persia

1.      Bidang Ekonomi

Stabilitas politik Kerajaan Safawi pada masa Abbas I ternyata telah memacu perkembangan perekonomian Safawi, lebih-lebih setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan dan Pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan dikuasainya bandar ini maka salah satu jalur dagang laut antara Timur dan Barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris dan Perancis sepenuhnya menjadi milik kerajaan Safawi. Disamping faktor perdagangan, kerajaan Safawi juga mengalami kemajuan di sektor pertanian terutama di daerah Bulan Sabit Subur (Fortile Crescent)
2.      Bidang Ilmu Pengetahuan

Ada beberapa ilmuan yang selalu hadir di majlis istana, yaitu Baha al-Din al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi, filosof, dan Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah-lebah.[40]

3.      Bidang Pembangunan Fisik dan Seni

Para penguasa kerajaan ini telah berhasil menciptakan Isfahan, ibu kota kerajaan, menjadi kota yang sangat indah. Di kota tersebut berdiri bangunan-bangunan besar dan indah seperti masjid-masjid, rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan raksasa diatas Zende Rud dan istana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan taman-taman wisata yang ditata apik

Di bidang seni, kemajuan nampak begitu kentara dalam gaya arsitektur bangunan-bangunannya, seperti terlihat pada masjid Shah yang dibangun pada tahun 1611 M dan masjid Shah yang dibangun pada tahun 1603 M. Unsur seni lainnya terlihat pula dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenunan, mode, tembikar dan bidang seni lainnya. Seni lukis mulai dirintis sejak zaman Tahmasp I. Raja Ismail I pada tahun 1522 M membawa seorang pelukis timur ke Tabriz. Pelukis itu bernama Bizhad.[41]

4.1 Iran Sekarang

Presiden                  : Mahmud Ahmadinejad
Pemimpin Agung   : Ayatullah Ali Khomeini
Luas                       : 1.638.057 Km2
Populasi                 : 66.129.000
Ibukota                   : Teheran
Bahasa utama        : Persia, Asiria, Kurdi
Agama utama        : Islam Syiah, Islam Suni, Bahai, Zoroaster
Mata uang             : Rial
Ekspor utama        : minyak dan gas alam, karpet, buah kenari, besi dan baja.
Pemerintahan       : Republik

Wilayah Iran sekarang, yaitu:
·           Sebelah Utara berbatasan dengan Turkmenistan dan Azerbaijan.
·           Sebelah Timur berbatasan dengan Afghanistan dan Pakistan.
·           Sebelah Barat berbatasan dengan Irak dan Turki.
·           Sebelah Selatan berbatasan dengan perairan Teluk Persia dan Teluk Oman.

Selain itu Iran memiliki garis pantai dengan tiga laut besar: Teluk Oman, Teluk (Teluk Persia), dan Laut Kaspia. Kenampakan utama geografi negara ini adalah beberapa rangkaian pegunungan besar dan plato raksasa. Pegunungan Iran yang paling panjang, pegunungan Zagros, terlentang dari arah barat-laut menuju perbatasan dengan Armenia di selatan dan tenggara, melintasi kawasan teluk, dan berakhit di dekat Selat Hormuz yang menghubungkan teluk denga  teluk Oman.[42]

4.2 Ekonomi Minyak

Ekonomi Iran sangat bergantung pada sumber daya alam. Sekitar 85 persen pendapatan ekspor berasal dari minyak dan gas. Iran memiliki sekitar delapan persen cadangan minyak dunia dan hampir seperlima cadangan gas alam dunia. Sebelumnya, dari tahun 1953 sampai pada tahun 1979, Iran adalah negara yang menganut sistem pemerintahan monarkhi. Pemimpin saat itu, Shah Mohammad Reza Pahlavi memperkenalkan modernisasi. Dibawah pemerintahannya, Iran mulai membangun industri pengolahan dan pengiriman minyak yang berpusat dari pelabuhan-pelabuhan besar di Teluk persia, yaitu Bandar-e’ Abbas dan Abadan. Berbagai industri seperti kimia, tekstil, mesin dan produksi semen juga dibangun.[43]
 
4.3  Revolusi dan Perang

Rakyat Iran dikenal sangat kuat memegang praktek keagamaannya, Islam, dalam kehidupan sehari-hari. Pada 1979, sebuah revolusi menggulingkan Shah Mohammad Reza Pahlavi. Iran dideklarasikan sebagai Republik Islam. Hukum Islam diberlakukan dalam semua aspek kehidupan dan semua pengaruh barat dilarang. Serangan Irak pada 1980 yang memunculkan perang selama 8 tahun menyebabkian sekitar 100.000 pasukan Iran tewas. Hingga kini, negara ini kadang-kadang jatuh ke dalam konflik dengan negara tetangganya di Timur Tengah dan negara-negara Barat.[48]



BAB III
KESIMPULAN

Iran dan Persia adalah dua nama yang kerap digunakan untuk menunjukkan satu wilayah. Sebenarnya, antara keduanya terdapat sedikit perbedaan. Salah satu rumpun bangsa Arya, yaitu bangsa Media, mendiami wilayah Iran bagian barat. Sementara rumpun bangsa lainnya, yaitu banga Persia, mendiami bagian selatan wilayah tersebut.
Di peradaban persia kuno berkembang sebuah agama yang menjadi agama resmi di wilayah tersebut yaitu Zoroaster. Agama ini merupakan sebuah agama yang mengajarkan pengikutnya untuk menyembah api. Kitab suci agama ini adalah Avesta yang mempunyai arti sendiri yaitu “bacaan”.
Wilayah Iran sekarang yang kaya akan minyak dan gas alam itu berbatasan dengan:

·           Sebelah Utara berbatasan dengan Turkmenistan dan Azerbaijan.
·           Sebelah Timur berbatasan dengan Afghanistan dan Pakistan.
·           Sebelah Barat berbatasan dengan Irak dan Turki.
·           Sebelah Selatan berbatasan dengan perairan Teluk Persia dan Teluk Oman.


DAFTAR PUSTAKA
As-Sirjani, Prof. Dr. Raghib. Sumbangan peradaban Islam Pada Dunia. Jakarta: 2009. Mu’asasah Iqra. ISBN 978-979-592-555-2
eBook Tim Program BSB (Belajar Sambil Bermain). Sekilas Sejarah Dunia. Bali: 2011. Yayasan Gema Ripah.
Hinson, Dafid F. Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab diterjemahkan Pdt. M. Th. Mawene MTh.. Jakarta: 1991. PT BPK Gunung Mulia.
Kingfisher, Tim. Ensiklopedia Geografi Jilid 3. Jakarta: 2006. PT Lentera Abadi.
Kingfisher, Tim. Ensiklopedia Sejarah Dan Budaya Jilid 1. Jakarta: 2009. PT. Lentera Abadi.
Mukti Ali, H.A.. Agama-Agama Di Dunia. Yogyakarta: 1988. IAIN Sunan Kalijaga Press.
Sami bin Abdullah al-Maghlouth. Atlas Agama-Agama. Jakarta : 2010. Almahira.
Soi’yb, Joesoef. Agama-Agama Besar Di Dunia. Jakarta: 1996. PT. Al Husna Zikra.
Yatim, Drs. Badri, M.A.. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: 1997. PT Raja Grafindo Persada.
http://www.artikata.com/arti-354998-transenden.html diunduh pada 24 Maret 2013 Jam 14:37 PM


[1] Tim Kingfisher. Ensiklopedia Sejarah Dan Budaya Jilid 1. Jakarta: 2009. PT. Lentera Abadi. Hlm. 40
[2] Bangsa Arya adalah pengembala-pengembala sapi. Mereka suka berperang, sehingga yang menonjol dari bangsa ini adalah dalam hal persenjataan perang. Pada tahun 1100 SM bangsa Arya mulai mengenal besi, sehingga mereka termasuk bangsa yang kuat. Namun mereka tidak menaklukan Lembah Sungai Indus. Mereka
tinggal di antara ke tujuh sungai dan selama berabad-abad terus menyebar. Beberapa abad kemudian (kira-kira tahun 1000 SM) keturunan mereka menyebut diri sebagai bangsa Arya (berarti: terhormat, murni). Kebudayaan mereka bercampur (melalui perkawinan, pendudukan, dll) dengan orang-orang terdahulu. Orang-orang itulah yang mengajarkan mereka membajak dan membangun sebuah peradaban baru yang berpijak pada peradaban terdahulu. Bangsa Arya membuat saluran-saluran irigasi dan waduk-waduk. Dikutip dari Tim Program BSB (Belajar Sambil Bermain). Sekilas Sejarah Dunia. Bali: 2011. Yayasan Gema Ripah. Hlm 40-41.
[3] Sami bin Abdullah al-Maghlouth. Atlas Agama-Agama. Jakarta : 2010. Almahira. Hlm 465.
[4] Sami bin Abdullah al-Maghlouth. Atlas Agama-Agama. Jakarta : 2010. Almahira. Hlm 465.
[5] Gambar diambil dari Sami bin Abdullah al-Maghlouth. Atlas Agama-Agama. Jakarta : 2010. Almahira. Hlm 468.
[6] Sami bin Abdullah al-Maghlouth. Atlas Agama-Agama. Jakarta : 2010. Almahira. Hlm 466.
[7] Gambar diambil dari Sami bin Abdullah al-Maghlouth. Atlas Agama-Agama. Jakarta : 2010. Almahira. Hlm 468.
[8] Darius I (548-486 SM) merupakan seorang penakluk hebat yang memperluas kerajaan ke arah barat dan timur dan menata ulang wilayah menjadi 20 provinsi. Ia membangun jalan yang baik serta ibukota kerajaan baru di Persepolis. Dari Lydia di Anatolia, ia mendatangkan uang emas dan perak ke Persia. Darius menyebut dirinya Shahanshah, raja diraja.
[9] Tim Kingfisher. Ensiklopedia Sejarah Dan Budaya Jilid 1. Jakarta: 2009. PT. Lentera Abadi. Hlm. 40.
[10] Susa menjadi pusat administrasi, sementara Persepolis menjadi pusat kenegaraan. Jalan dibangun untuk memperlancar komunikasi.
[11] Gambar diambil dari Tim Kingfisher. Ensiklopedia Sejarah Dan Budaya Jilid 1. Jakarta: 2009. PT. Lentera Abadi. Hlm. 41.
[12] Gambar tersebut menjelaskan Darius I sedang berburu singan dengan menaiki kereta perang serta membawa busur dan anak panah. Sosok bersayap melambangkan dewa Ahura Mazda, pemimpin dewa Persia.
[13] Gambar diambil dari Tim Kingfisher. Ensiklopedia Sejarah Dan Budaya Jilid 1. Jakarta: 2009. PT. Lentera Abadi. Hlm. 41.
[14] Prof. Dr. Raghib As-Sirjani. Sumbangan peradaban Islam Pada Dunia. Jakarta: 2009. Mu’asasah Iqra. ISBN 978-979-592-555-2. Hlm. 23.
[15] Dafid F. Hinson. Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab diterjemahkan Pdt. M. Th. Mawene MTh.. Jakarta: 1991. PT BPK Gunung Mulia. Hlm 209.
[16] Prof. Dr. Raghib As-Sirjani. Sumbangan peradaban Islam Pada Dunia. Jakarta: 2009. Mu’asasah Iqra. ISBN 978-979-592-555-2. Hlm. 23-24.
[17] Gambar diambil dari Sami bin Abdullah al-Maghlouth. Atlas Agama-Agama. Jakarta : 2010. Almahira. Hlm 472.
[18] Sami bin Abdullah al-Maghlouth. Atlas Agama-Agama. Jakarta : 2010. Almahira. Hlm 469.
[19] Transenden adalah diluar segala kesangggupan manusia; luar biasa; utama. Dikutip dari http://www.artikata.com/arti-354998-transenden.html pada 24 Maret 2013 Jam 14:37 PM.
[20] Dualisme adalah kepercayaan bahwa dalam alam ciptaan ini ada dua kekuatan yang bekerja, yakni kekuatan yang baik si satu pihak dan kekuatan yang jahat di pihak lain.
[21] Dafid F. Hinson. Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab diterjemahkan Pdt. M. Th. Mawene MTh.. Jakarta: 1991. PT BPK Gunung Mulia. Hlm 210.
[23] Joesoef Soi’yb. Agama-Agama Besar Di Dunia. Jakarta: 1996. PT. Al Husna Zikra. Hlm. 223.
[24] H. A. Mukti Ali.. Agama-Agama Di Dunia. Yogyakarta: 1988. IAIN Sunan Kalijaga Press. Hlm. 270-271.
[25] Magi adalah para pemimpin agama.
[26] Sami bin Abdullah al-Maghlouth. Atlas Agama-Agama. Jakarta : 2010. Almahira. Hlm 469.
[27] Gambar diambil dari Sami bin Abdullah al-Maghlouth. Atlas Agama-Agama. Jakarta : 2010. Almahira. Hlm 471.
[28] Tempat ini berfungsi untuk menjaga api tetap menyala.
[29] Gambar diambil dari Sami bin Abdullah al-Maghlouth. Atlas Agama-Agama. Jakarta : 2010. Almahira. Hlm 472.
[31] ibid
[32] ibid
[33] Dafid F. Hinson. Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab diterjemahkan Pdt. M. Th. Mawene MTh.. Jakarta: 1991. PT BPK Gunung Mulia. Hlm 210.
[35] Drs. Badri yatim, M.A.. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: 1997. PT Raja Grafindo Persada. Hlm 44.
[36] Safi al-Din berasal dari keturunan orang yang berada dan memilih sufi sebagai jalan hidupnya. Ia keturunan dari Imam Syi’ah yang keenam, Musa al-Kahzim. Gurunya bernama Syekh Taj al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) yang dikenal dengan julukan Zahid al-Gilani.
[37] Drs. Badri yatim, M.A.. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: 1997. PT Raja Grafindo Persada. Hlm 138-139.
[38] Tim Kingfisher. Ensiklopedia Sejarah Dan Budaya Jilid 3. Jakarta: 2009. PT. Lentera Abadi. Hlm. 209.
[39] Safavid adalah nama lain dari Safawi.
[40] Drs. Badri yatim, M.A.. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: 1997. PT Raja Grafindo Persada. Hlm 144.
[41] Ibid 144-145.
[42] Tim Kingfisher. Ensiklopedia Geografi Jilid 3. Jakarta: 2006. PT Lentera Abadi. Hlm 254
[43] Tim Kingfisher. Ensiklopedia Geografi Jilid 3. Jakarta: 2006. PT Lentera Abadi. Hlm. 255.
[44] Penyulingan di kota Abadan. Berada di kawasan utara Teluk, Abadan adalah kota pusat kegiatan transportasi dan pengolahan minyak.
[45] Gambar diambil dari Tim Kingfisher. Ensiklopedia Geografi Jilid 3. Jakarta: 2006. PT Lentera Abadi. Hlm. 255.
[46] Sekitar 100 tempat pembuatan karpet berada di Esfahan, kota di bagian tengah Iran. Kota ini menjadi pusat usaha tekstil dan kain serat sutra, serat sintetis dan wol untuk industri pembuatan pakaian dan karpet.
[47] Gambar diambil dari Tim Kingfisher. Ensiklopedia Geografi Jilid 3. Jakarta: 2006. PT Lentera Abadi. Hlm. 254.
[48] Ibid hlm. 255.

sumber : http://www.facebook.com/groups/471605966225811/#

0 Comments:

Post a Comment